Tafsir Surat Ali Imran Ayat ke 92

09.48 Edit This 1 Comment »

BAB II

PEMBAHASAN

1. Surat Ali Imran Ayat ke 92

لَنتَنَالُواْالْبِرَّحَتَّىتُنفِقُواْمِمَّاتُحِبُّونَوَمَاتُنفِقُواْمِن شَيْءٍفَإِنَّاللّهَ بِهِعَلِيمٌ

Artinya:
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.

Kata di atas dalam bahasa arab memiliki arti yang luas dan mencakup segala jenis kebaikan dalam pikiran atau perbuatan, sebagaimana dalam Al-Quran keimanan kepada Tuhan dan perbuatan atau amalan seperti shalat, jihad dan tepat janji dihitung sebagai substansi bir (yang sempurna). Ayat ini menyebut infak di jalan Allah sebagai salah satu dari contoh bir dan kebaikan diartikan bilamana manusia menafkahkan sesuatu yang disukainya kepda orang lain.

Dinukilkan bahwa di malam perkawinan Sayyidah Fathimah as, seorang miskin meminta pakaian usang Sayyidah Fatimah, namun beliau menginfakkan pakaian baru perkawinannya kepada wanita miskin tadi. Ini adalah substansi ayat yang menyatakan, infakkanlah dari apa yang engkau suka, bukannya yang diminta oleh orang miskin, karena kemungkinan mereka itu menerima hal yang sudah tua dan usang karena tercekik kemiskinan. Bagaimanapun juga, infak memiliki arti yang luas yang meliputi segala bentuk bantuan kepada orang lain, baik berupa sedekah dan pemberian, maupun berupa qardhul hasanah, baik berupa wakaf dan nazar. Dari ayat di atas, kita dapatkan beberapa pelajaran:

Ø Dari segi agama, kebaikan bukan hanya terletak pada shalat dan ibadah. Membantu orang-orang lemah dan memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat adalah di antara tugas seorang muslimin.

Ø Karena Tuhan membandingkan apa yang kita infakkan, maka sebaiknya kita infak sesuatu yang terbaik dan jangan kita bakhil tentang jumlahnya.

Ø Syuhada mencapai derajat tertinggi bir (kebaikan). Karena, mereka menginfakkan modal yang paling besar yaitu jiwanya di jalan Allah.

Ø Dalam infak, intinya adalah pada kualitas bukannya pada kuantitas, artinya baik walaupun sedikit.

Ø Dalam Islam, tujuan infak bukan hanya mengenyangkan perut orang-orang lapar, melainkan pertumbuhan ekonomi yang menafkahkan juga dimaksudkan. Menghilangkan keterikatan hati dari mahbub imajinasi dan khayali menyebabkan mekarnya jiwa kedermawanan dan pengorbanan.

2. QS. An-Nisa : 36 – 37

وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُوراً

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh , dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,

الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُونَ مَا آتَاهُمُ اللّهُ مِن فَضْلِهِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَاباً مُّهِيناً

(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan.

· Tafsir ayat 36

Dekat dan jauh disini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan dan adapun yang muslim dan yang non muslim.

Kemudian Ibnu sabil di sini diartikan orang yang dalam perjalanan yang bukan maksiat yang kehabisan bekal, termasuk juga orang yang tidak diketahui ibu bapaknya. Dan orang-orang yang mengembara untuk keperluan Islam dan Muslimin.

Dalam ayat 36 tersebut diatas, Allah menjelaskan kewajiban-kewajiban bagi seorang Muslim yang secara garis besarnya ada tiga macam. Ketiga macam kewajiban tersebut adalah :

  1. Kewajiban kepada Allah, yaitu menyembah dan tidak mempersekutukannya.
  2. Berbuat baik kepada kedua orang tua
  3. Berbuat baik kepada masyarakat, yaitu kepada keluarga dekat, tetangga dekat dan jauh, kepada orang yang berada dalam perjalanan, dan berbuat baik kepada orang-orang yang berada di bawah tanggungannya.

Dari ayat ini jelas bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak hanya berkewajiban menyembah Allah SWT, akan tetapi ia juga harus memiliki sifat peduli terhadap masyarakat di sekitarnya, sehingga boleh dikatakan bahwa ibadah seseorang tidak akan sempurna bila tidak dibarengi dengan kepedulian terhadap keadaan masyarakat sekitarnya. Sebab kalau dilihat dari segi bahasa, rangkaian perintah tadi menggunakan kata sambung wa ( artinya=dan).

Maksudnya, kalau perintah menyembah Allah itu wajib maka berbuat baik kepada kedua orang tua, kerabat, anak yatim, dan sebagainya juga wajib. Ayat itu diakhiri dengan “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. Karena orang yang sombong senantiasa meremehkan semua hak orang-orang lain, memandang orang lain rendah dan hina. Sifat angkuh dan sombong jelas akan menjauhkan seseorang dari masyarakat dan tidak disenangi oleh masyarakat, sehingga akhirnya hubungan harmonis antar sesama manusia menjadi sirna. Bila hubungan antar manusia tidak lagi berjalan dengan harmonis maka hilanglah salah satu sifat manusia sebagai makhluk sosial. Oleh karena itu, sifat sombong sangat dibenci oleh Allah SWT.

· Tafsir Ayat 37

Menjelaskan orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri yaitu orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Orang kikir disini adalah orang yang enggan memberikan hartanya kepada orang lain yang membutuhkan yang kemudian ia menyembunyikan hartanya. Dan untuk orang yang demikian itu Allah telah menyediakan siksaan yang pedih dan menghinakan. Dan kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan.

Maksudnya kafir disini yaitu terhadap nikmat Allah, ialah karena kikir, menyuruh orang lain berbuat kikir. Menyembunyikan karunia Allah berarti tidak mensyukuri nikmat Allah.

Dalam ayat 37 tersebut diatas, Allah menjelaskan hal-hal yang harus dihindari bagi seorang Muslim yaitu:

1. Larangan untuk berbuat dan mengajak untuk kikir

2. Larangan menyembunyikan harta, karena hakikatnya harta yang dimiliki terdapat hak orang lain yang harus disampaikan

Tidak hanya sebatas itu, juga orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Riya ialah melakukan sesuatu karena ingin dilihat dan dipuji orang. Orang yang tidak kikir akan tetapi dia sombong dengan seanatisa membangga-banggakan hartanya, ketika ia menafkahkan hartanya selalu ingin dilihat dan dipuji oleh orang lain. Dan itu pertanda bahwa mereka bersekutu atau menjadi teman syaitan, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya teman yang menjerumuskan manusia dari jalan kebenaran.

Dalam ayat 37 ini menerangkan bahwa :

Ø Allah melarang seseorang bersifat riya

Ø Larangan bersekutu dengan syaitan

Riya adalah sifat yang dibenci oleh Allah, dan riya dapat menghilangkan segala amal ibadah yang dilakukan karena niat dan tujuannya bukan karena Allah ta’ala, segala ibadah dinilai tergantung pada niatnya. Dan senantiasa menjauhi bisikan dan bujukan syaitan, karena syaitan adalah musuh yang nyata bagi umat muslim yang menjerumuskan kepada lubang yang hina.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Alkhamdulillah.. Bosgenk17@gmail.com